BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angkutan penyebrangan lintas Pamatata – Bira adalah jalur utama angkutan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Selayar dengan Pulau Sulawesi, tepatnya yaitu Bira Kabupaten Bulukumba. Pelabuhan pamatata sendiri berada pada bagian ujung utara Pulau Selayar, letak pelabuhan ini sangat strategis karena pada bagian baratnya terdapat tanjung kecil yang berfungsi sebagai penahan ombak alami saat musim barat, sedangkan pelabuhan bira berada pada bagian selatan Kabupaten Bulukumba, sekitar 40km dari Kota Bulukumba yaitu Ibukota Kabupaten Bulukumba. Angkutan Penyebrangan Pamatata – Bira dimulai pada tahun 1980 yaitu dilayani oleh KMP Tenggiri dengan satu round trip perhari, karena perkembangan mobilitas penduduk dan tentunya dibarengi mobilitas pergerakan kendaraan dalam angkutan pelayanan penyeberangan lintas pamatata – bira maka pada awal tahun 90-an ditambah menjadi 8-10 round trip per minggu. Pada akhir periode tahun 90-an KMP Tenggiri diganti dengan KMP Lingkis yang memiliki ukuran sama tetapi kecepatannya lebih tinggi, KMP Tenggiri diganti dengan KMP Lingkis karena dianggap tidak sesuai beroperasi di selat.
Pada saat ini Ferry yang beroperasi melayani jasa penyeberangan Selayar ke Bulukumba yaitu pada dermaga pamatata dan dermaga bira ada satu buah ferry yaitu KMP. Bontoharu yang mulai beroperasi tahun 2003, dimana memiliki kapasitas lebih besar dari ferry yang melayan angkutan penyebrangan ini sebelumnya. Pada waktu tertentu dimana membutuhkan pelayanan lebih seperti saat mendekati hari – hari besar keagamaan atau saat libur panjang maka akan didatangkan ferry tambahan untuk memenuhi kebutuhan angkutan penyebrangan . Kondisi tahun 2010 sering terjadi antrian kendaraan pada penyebrangan lintas pamatata – bira terutama angkutan barang, sehingga perlu dilakukan penelitian dan kajian tentang angkutan penyebrangan lintas pamatata – bira, dan kebutuhan armada pada tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu mengadakan rumusan masalah agar penelitian ini menjadi lebih terstruktur. Adapun rumusan masalah yang penulis susun adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat pelayanan angkutan penyebrangan Pamatata – Bira.
2. Bagaimana kebutuhan armada pelayaran ferry Pamatata – Bira pada tahun 2015.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan lebih mengarahkan fokus permasalahan sehingga mengefektifkan penyelesaian masalah, perlu adanya pembatasan masalah. Adapun permasalahan yang akan dibahas hanya difokuskan pada :
1. Tingkat pelayanan angkutan fery pamatata – bira dalam trip.
2. Analisa pelayanan angkutan penyebrangan penyebrangan pamatata – bira
berdasarkan pada situasi normal.
3. Variabel bebas yang digunakan adalah Pendapatan Penduduk (PDRB) dan
Jumlah penduduk
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
“Megetahui tingkat pelayanan pelayaran peyebrangan ferry pamatata – bira”.
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi ilmiah dalam menambah pengetahuan mengenai pelayanan peyebrangan ferry pamatata - bira.
2. Menentukan armada yang dibutuhkan pada tahun 2015.
1.5 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulis membagi kerangka penulisan dalam beberapa bagian, yakni :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori – teori dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa masalah sehingga dapat diperoleh penyelesaian dari masalah tersebut.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang sumber dan jenis data, metode pengumpulan data, metode analisa data, dan kerangka alur penelitian.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai masalah yang ada, yakni armada kapal ferry, karakteristik dimensi kapal ferry, analisa jumlah kendaraan, dan persamaan matematis dimensi kapal ferry baik itu produksi dalam negeri maupun luar negeri.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merupakan solusi akhir dari permasalahan yang dianalisa serta saran-saran yang berkaitan dengan penulisan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Jaringan Prasarana
Prasarana merupakan hal yang vital dalam angkutan penyeberangan karena menentukan baik kualitas maupun kuantitas pelayanan penyeberangan, adapun beberapa prasarana dalam angkutan penyeberangan adalah jalan raya, fasilitas pelabuhan (penahan gelombang, jembatan/jetty, kolam pelabuhan, rambu kapal dll)
Jaringan Pelayanan
Jaringan pelayanan adalah trayek atau rute yang dilayani oleh angkutan penyeberangan, dalam hal ini menghubungkan Kabupaten Selayar pada pelabuhan Pamatata ke Pulau Sulawesi yaitu pelabuhan Bira Kabupaten Bulukumba. Jarak Pelabuhan Pamatata ke Pelabuhan Bira adalah 16 mil.
Pelayanan
Pelayanan Angkutan Penyeberangan berupa aspek –aspek yang berpengaruh terhadap kapal seperti tarif
Muatan Ferry Berdasarkan Golongan Muatan Kendaraan Penyeberangan
No. | Golongan | Keterangan |
1 | Golongan I | Sepeda |
2 | Golongan II | Sepeda motor di bawah 500 cc dan gerobak dorong. |
3 | Golongan III | Sepeda motor besar ( ≥ 500 cc ) dan kendaraan roda 3. |
4 | Golongan IV | Kendaraan bermotor berupa mobil jeep, sedan, minicap, minibus, mikrolet, pick up, station wagon dengan ukuran panjang sampai dengan 5 meter, dan sejensnya. |
5 | Golongan V | Kendaraan bermotor berupa mobil bus, mobil barang (truck)/tangki dengan ukuran panjang sampai dengan 7 meter, dan sejensnya. |
6 | Golongan VI | Kendaraan bermotor berupa mobil bus, mobil barang (truck)/tangki dengan ukuran panjang lebih dari 7 meter sampai dengan 10 meter dan sejenisnya, dan kereta penarik tanpa gandengan. |
7 | Golongan VII | Kendaraan bermotor berupa barang (truk teronton)/tangki, kereta penarik berikut gandengan serta kendaraan alat berat dengan ukuran panjang lebih dari 10 meter sampai dengan 12 meter dan sejenisnya. |
8 | Golongan VIII | Kendaraan bermotor berupa barang (truk teronton)/tangki, kendaraan alat berat dan kereta penarik berikut gandengan dengan ukuran panjang lebih dari 12 meter dan sejenisnya. |
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 2 Tahun 2009
Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk angkutan penyeberangan Pamatata – Bira bervariasi berdasarkan cuaca yang sedang berlangsung, namun bila pada keadaan normal maka jarak pamatata-bira yang 16 mil dapat ditempuh dalam waktu 2 jam.
2.1 Sistem Transportasi Penyebrangan
o Persyaratan Pengoperasian Angkutan Penyebrangan
Angkutan penyebrangan pada dasarnya merupakan bagian dari angkutan jalan raya. Angkutan jalan raya merupakan suatu corak transportasi yang sangat flexibel. Artinya, prasarana yang ada bisa meleyani beberapa tingkatan “demand” serta dapat dilalui setiap saat. Sebagai bagian dari angkutan darat,angkutan penyebrangan diharapkan memenuhi kriteria yang mendekati sifat-sifat angkutan jalan raya, yaitu sebagai berikut.
a. Pelayanan Ulang-alik dengan Frekuensi Tinggi
Pemakaian penyebrangan pada umumnya menginginkan pelayanan tanpa waktu tunggu yang lama.
b. Pelayanan Terjadwal dengan “ Headway” Konstant
Hal ini sangat diinginkan oleh penumpang sesuai dengan tujuan perjalanan mereka.
c. Pelayanan yang Reliabel
Reability biasanya dinyatakan dalam dua parameter, yaitu regularity (keteraturan) dan punctuality (ketepatan waktu). Keteraturan dan ketepatan waktu bagi penumpang atau barang sangat dituntut oleh pemakai yang sangat mengharapkan efisiensi transport.
d. Pelayaran yang Aman dan Nyaman
Pelayaran yang aman dituntut pada semua jarak pelayaran, sedangkan kenyamanan dituntut terutama pada pelayaran yang memerlukan waktu tempuh yang lama. Akomodasi di kapal penyebrangan dengan waktu pelayanan malam hari perlu diperhatikan.
e. Tarif yang moderat (Rendah)
Mengingat angkutan penyebrangan biasanya ditunjukan untuk melayani angkutan “commuter” maka angkutan penyebrangan diharapkan berada pada tingkat moderat (rendah)
f. Aksesibilitas ke Terminal Angkutan Penyebrangan
Karakteristik yang lebih spesifik dari kapal ferry yaitu tipe kapal adalah Ro-Ro penumpang, di mana bongkar muat secara horisontal dengan mengunakan roda dari dan kedalam kapal melalui ramp jembatan kapal. Kapal ini selain mengankut barang juga penumpang.
Menurut Hadisuwarno dalam Nasution, 1996, bentuk–bentuk muatan yang bisa diangkut dengan kapal ferry adalah :
1. Bisa bergerak sendiri, misalnya mobil.
2. Barang–barang di atas truk dan penumpang dalam bis.
3. Barang–barang di atas roll plate
4. Kontainer di atas chassis
5. Penumpang yang bergerak sendiri.
Pemilihan lokasi pelabuhan penyeberangan, kadang–kadang tidak memperhatikan perbedaan pasang surut. Untuk mengantisipasi hal ini, maka kapal ferry harus bisa mempunyai sarat yang kecil. Di samping itu, kapal ferry harus bisa bermanuver dengan cepat. Hal ini penting terutama pada saat memasuki daerah pelabuhan. Olehnya itu kapal–kapal penyeberangan biasanya mempunyai baling–baling ganda agar dapat melakukan manuver dengan baik.
2.2 Rencana Pola Operasi
Frekuensi pelayanan yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan dua type demand, Yaitu permintaan penumpang dan barang. Untuk kepentingan perencanaan digunakan frekuensi pelayanan yang terbesar di antara dua pendekatan atau metode. Metode perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan Jumlah Permintaan Barang
NC =
Keterangan :
NC : frekuensi / hari
P : volume barang (ton/tahun)
T : rata-rata volume kargo/truk (ton) = maksimum loading capacity x 0,7
N : factor operasi = 0,4
O : factor okupansi = 0,6
M : kapasitas muat kendaraan maksimum (sesuai type kapal)
b. Berdasarkan Jumlah Permintaan Penumpang
NP =
Keterangan :
NP : frekuensi / hari
P’ : jumlah penumpang / tahun
N’ : factor operasi =0,9
O’ : factor okupansi = 0,6
M’ : kapasitas muat penumpang maksimum (sesuai type kapal)
2.3 Teknik Peramalan
2.3.1 Regresi Linear Sederhana
Menurut Tamin. 2000. Perencanaan dan Peramalan Transportasi. ITB Bandung, Hal. 117. Regresi linear sederhana merupakan suatu bentuk regresi yang terdiri dari ukuran Y tunggal (variable tidak bebas) terhadap ukuran X tunggal (variable bebas). Uraian matematisnya adalah jika menggunakan Y sebagai variable tidak bebas dan X sebagai variable bebas maka akan didapatkan persamaan garis lurus : Y= a+b.X
Dimana:
a.
b.
y = nilai trend yang ditaksir
x = jumlah tahun yang dihitung dari periode dasar.
2.3.2 Regresi Berganda
Pada regresi berganda terdapat satu variabel tidak bebas (Y) dan lebih dari satu variable bebas (X1……….Xn)
Bentuk umum dari regresi berganda adalah :
Y = a+b1.x1 + b3.x3 … … … bn.xn
Dimana :
a = konstanta regresi
b1,b2,b3………..,bn = koefisiensi regresi
x1,x2,x3………..,xn = Variabel bebas (Independent)
y = Variabel tidak bebas (Dependent)
2.3.3 Pengujian Model Regresi
2.3.3.1 Koefisiensi Determinasi (R²)
Menurut Tamin. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. ITB Bandung, Hal. 120. dapat persamaan :
R² = [R² - K / (N - 1)]x[(N – 1)/(N-K-1)]
Dimana :
N adalah jumlah data/sample dan K adalah jumlah variable bebas x
Nilai R² tersebut berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nilai R² yang mendekati 1 menunjukkan sangat besarnya pengaruh variable X ( Variabel bebas) dalam menentukan besarnya nilai ramalan untuk variable Y yang diramalkan.
2.3.3.2 Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi ini digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel tak bebas dengan variabel bebas atau antara variabel bebas. Koefesien korelasi ini dapat dihitung dengan berbagai cara yang salah satunya adalah persamaan berikut:
r =
Nilai r=1 menunjukkan bahwa korelasi antara peubah y dan x adalah positif (meningkatnya nilai x akan mengakibatkan meningkatnya nilai y). sebaliknya jika nilai r= -1, berarti korelasi antara variabel y dan x adalah negative (meningkatnya nilai x akan mengakibatkan menurunnya nilai y). Nilai r = 0 menyatakan tidak ada korelasi antar variabel.
2.3.3.3 Pengujian dengan Statistik F
Pengujian b dengan statistic F dilakukan dengan menggunakan analisis varians (ANOVA). Analisis ini melihat apakah perbedaan harga rata-rata pada beberapa sampel berbeda secara signifikan atau tidak.
Menurut Gulo, 2002. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta, Hal. 205. didapat persamaan F:
F= x (n-2)
Dimana :
r² = koefisien korelasi
n = jumlah sampel data
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas :
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan–bahan tertulis atau studi literature tentang pelayanan angkutan penyebrangan lintas pamatata - bira.
Data yang diperlukan dalam penulisan ini dikumpulkan dengan cara mengutip data yang sudah ada, baik data–data yang telah didokumentasikan oleh instansi terkait maupun studi pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari segala literature yang erat kaitannya dengan penelitian.
Kegiatan pengumpulan data meliputi:
· Mengumpulkan informasi berupakan kebijakan – kebijakan yang terkait dengan angkutan sungai, danau dan penyeberangan PT (Persero) Ferry Indonesia.
· Mengumpulkan informasi sistem transportasi laut yang saat ini berlangsung di wilayah yang dilayani angkutan sungai dan penyeberangan
· Mengumpulkan informasi tentang jumlah arus pergerakan barang dan atau manusia PT (Persero) Ferry Indonesia
· Mengumpulkan informasi tentang asal dan tujuan pergerakan barang dan atau manusia yang dilayani PT (Persero) Ferry Indonesia.
· Mengumpulkan informasi mengenai data – data teknis tentang pola operasi sistem PT (Persero) Ferry Indonesia
3.2 Metode Analisa.
- Menganalisis kondisi sosio ekonomi wilayah layanan PT (Persero) Ferry Indonesia.
Kondisi sosio ekonomi wilayah layanan PT (Persero) Ferry Indonesia dianalisis menggunakan teori aksesibilitas dimana wilayah layanan tersebut ditentukan dengan meninjau tingkat aksesibilitasnya (sebagai fungsi jarak, waktu ataupun biaya) ke pelabuhan penyeberangan.
- Memprediksi arus pergerakan untuk setiap lintasan yang ditinjau.
Estimasi jumlah arus pergerakan penumpang dan kendaraan di tiap lintasan diprediksi berdasarkan metode peramalan dengan analisa regresi.
- Menganalisis Model Permintaan Angkutan
Analisa Model permintaan angkutan berdasarkan fungsi variabel Pendapatan penduduk (PDRB) dan Jumlah Pendudukdengan menggunakan regresi.
- Menghitung arus muatan untuk mendapatkan persamaan:
Y = a + b.X1 + b.X2
Dimana :
X1 = Jumlah Penduduk
X2 = PDRB
Pengolahan data dengan metode bangkitan pergerakan forcasting (kondisi 2015) untuk mengetahui kecenderungan kondisi sosio-ekonomi dan jumlah muatan.
- Menganalisis kapasitas kapal yang dibutuhkan.
Operasi kapal adalah penentuan jumlah kapal (armada), kapasitas kapal dan jumlah frekuensi yang diperlukan pada tiap lintasan sesuai dengan jenis kapal dan jarak lintasan. Untuk menghitung jumlah kapal yang diperlukan pada suatu lintasan, digunakan formula sebagai berikut :
N = f / f’
Dimana:
N = Jumlah kapal
f = Frekuensi pengapalan pertahun
f´= Frekuensi pengapalan satu armada
f’ ’
Dimana :
T = Waktu efektif pengoperasian kapal
Tbm = Waktu bongkar muat kapal
ts = Waktu Tempuh kapal
tl = Waktu kapal berlabuh di pelabuhan.
Pl = jm/f
Dimana:
Pl = Kapasitas kapal (pay load)
jm = Jumlah muatan pertahun
f = Frekuensi pengapalan pertahun
- Pengambilan kesimpulan tentang hasil yang diperoleh dari pembahasan dan hasil penelitian.
3.3. Jenis Data yang digunakan
Pada penelitian ini dilakukan jenis data yang digunakan adalah:
1. Data primer
Merupakan data yang di peroleh langsung dari lapangan melalui observasi atau pengamatan langsung dangan obyek penelitian; kapasitas muat kapal dan data lain yang mendukung
2. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis yaitu data register kapal, data hinterland dari wilayah yang dilayani.
3.3 Tahapan Kegiatan
a. Pemahaman terhadap Kerangka Acuan dan Penyusunan Rencana Kegiatan
- Mengumpulkan literature dan berbagai studi yang terkait dengan topik pelayanan angkutan penyeberangan.
- Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk satu trip pelayanan pelayaran fery.
- Meramalkan kebutuhan armada pada tahun 2015
b. Survey dan pengumpulan data
· Survey meliputi jumlah penumpang, penduduk, pendapatan(PDRB), pergerakan penumpang/muatan, jadwal, personali yang dibutuhkan dalam terlaksananya suatu pelayanan angkutan penyebrangan fery pamatata - bira.
c. Proses Analisis dan Evaluasi Data
· Melakukan data mentah yang diperoleh dari berbagai survey
· Melakukan interfretasi terhadap hasil hasil kompilasi data
· Melakukan analisis sesuai dengan metodologi.
Untuk memahami persyaratan administrasi, maka seluruh rangkaian pekerjaan ini dituangkan dalam bentuk pelaporan sebagai berikut :
a. Laporan, berisikan :
· Penjabaran factor-faktor yag mempengaruhi pelayanan angkutan penyeberangan dan urutan pelayanan pelayaran penyebrangan (Jadwal kegiatan pelayaran)
· Penghitungan dan rencana kegiatan pengumpulan data
· Peramalan armada yang dibutuhkan untuk pelayanan angkutan penyeberangan pamatata – bira pada tahun 2015.
· Rancangan Laporan
· Laporan Akhir
3.5 Kerangka Pemikiran
Untuk memudahkan dan mengarahkan proses atau langkah-langkah penyelesaian, dibuat suatu kerangka analisis yang menggambarkan urutan pengerjaan dalam penyelesaian penelitian. Hal ini digambarkan pada gambar berikut
Analisa Data
|
Peramalan armada yang dibutuhkan di masa depan (2015) |
Penambahan Armada |
Mulai
|
Pengumpulan dan Penyajian Data (Penumpang, Jumlah Penduduk, PDRB, Prasarana Angkutan Penyeberangan dll.)
|
Latar Belakang Angkutan Penyeberangan Lintas Pamatata - Bira
|
Perbaikan Pelayanan/Penambahan Trip |
Jumlah kebutuhan angkutan penyeberangan dalam trip |
Kesimpulan |
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dalam skripsi ini adalah untuk menentukan Pola Operasi Angkutan Penyeberangan Bira Pamatata. Kapasitas kapal akan ditentukan oleh potensi muatan dari wilayah hinterland pelabuhan Bira dan wilayah hinterland pelabuhan Pamatata yang dalam hal ini Cuma ditentukan oleh Kabupaten Selayar. Lintasan Bira-Pamatata merupakan salah satu lintas penyeberangan antar Kabupaten. Lintasan ini menghubungkan dua buah Kabupaten yakni Kabupaten Selayar yang terletak di pulau Selayar dan Kabupaten Bulukumba yang terletak di pulau Sulawesi dan menjadi pintu gerbang masuk pulau Sulawesi.
4.1. Hinterland Pelabuhan
Dalam menganalisa daerah hinterland pada lintasan Bira-Pamatata menggunakan konsep aksesibilitas yang merupakan suatu ukuran atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu daerah atau suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain. Sedangkan parameter yang digunakan untuk menentukan aksesbilitas adalah waktu, biaya transportasi darat dan jarak tempuh.
4.1.1. Penentuan Wilayah Hinterland
a. Pelabuhan Bira
Pelabuhan penyeberangan Bira terletak di Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi selatan, secara geografis Kabupaten ini terletak antara 05,20° - 05,40° dan antara 119,58°BB – 120,28° BT.(lihat gambar 4.1). Pelabuhan Penyeberangan Bira dapat dicapai selama kurang lebih 5 jam perjalanan darat dari Kota Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan..
Pelabuhan Bira melayani penyeberangan dari Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan ke Pelabuhan Pamatata dan Pattumbukan Kabupaten Selayar, sikeli, tondasi, dan labuang bajo.
.
Gambar 4.1. Peta administratif Sulawesi Selatan
b. Pelabuhan Pamatata
Pelabuhan Pamatata merupakan gerbang masuk utama Pulau Selayar dari arah utara. Pelabuhan ini terletak di ujung utara Pulau Selayar, dengan posisi terletak antara 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' - 122°30' Bujur Timur (lihat gambar 4.2). Jaraknya sekitar 50 km dari Kota Benteng atau dapat ditempuh sekitar satu setengah jam dengan kendaraan darat (mobil) .
Pelabuhan ini melayani penyeberangan dari Pelabuhan Pamatata (Pulau Selayar) ke Bira Kabupaten Bulukumba (Pulau Sulawesi). Dari kedua pelabuhan tersebut di atas yang dimasukkan menjadi daerah hinterland hanya Kabupaten Selayar karena yang menggunakan jalur penyeberangan ini adalah penduduk Kabupaten Selayar .
Gambar 4.2. Peta administratif Selayar
4.1.2. Kondisi Sosio Ekonomi Hinterland
Kapal Ferry merupakan alat transportasi laut yang pada umumnya mengangkut penumpang, barang dan kendaraan. Pertumbuhan jumlah pergerakan penumpang, barang dan kendaraan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan sosio ekonomi daerah. Kondisi sosio ekonomi meliputi jumlah penduduk dan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diuraikan sebagai berikut:.
1. Wilayah Hinterland Pelabuhan Bira-Pamatata
Potensi wilayah hinterland Pelabuhan Bira-Pamatata hanya pada Kabupaten Selayar dan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Penduduk
Jumlah penduduk yang terdapat pada Kabupaten Selayar sebesar 116 513
jiwa pada tahun 2006 dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2010 menjadi sebesar 121 749 jiwa. Dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,806%.
b. PDRB
Besar kecilnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah sangat bergantung pada potensi sumber ekonomi yang dimiliki. Berdasarkan hasil penghitungan PDRB tahun 2009, nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kepulauan Selayar telah mencapai 917.280,09 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000, nilainya sebesar 428.668,75 juta rupiah. Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian daerah tersebut. Struktur
di Kabupaten Kepulauan Selayar masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2009 sektor ini memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu sebesar 42,25 persen. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 7,89 persen. PDRB perkapita di Kabupaten Kepulauan Selayar setiap tahunnya mengalami peningkatan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 sebesar 7.534.190 rupiah.
Tabel 4.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan PDRB Kabupaten Selayar
NO | TAHUN | PENDUDUK | PERTUMBUHAN | PDRB | PERTUMBUHAN |
JIWA | % | (Jutaan Rp) | % | ||
1 | 2006 | 116 513 | 56273540 | ||
2 | 2007 | 117 860 | 1,14 | 63993309 | 12,06 |
3 | 2008 | 119 811 | 1,62 | 77130498 | 17,03 |
4 | 2009 | 121 749 | 1,59 | 91728009 | 15,91 |
5 | 2010 | 123 386 | 1,32 | 99167965 | 7,50 |
Rata-rata | 1,41 | 13,12 |
Sumber : BPS dan data olahan
Dengan menggunakan metode pertumbuhan maka diperoleh hasil peramalan Penduduk dan PDRB 2015 sebagai variabel bebas dalam peramalan muatan penumpang dan muatan kendaraan
Table 4.2. Peramalan pertumbuhan Penduduk dan PDRB Kabupaten Selayar
| Penduduk | % | PDRB | % |
2006 | 116513 |
| 56273540 |
|
2007 | 117860 | 0,01143 | 63993309 | 0,12063 |
2008 | 119811 | 0,01628 | 77130498 | 0,17032 |
2009 | 121749 | 0,01592 | 91728009 | 0,15914 |
2010 | 123386 | 0,01327 | 99167965 | 0,07502 |
|
| 0,01422 |
| 0,13128026 |
2011 | 125141 |
| 112186735 |
|
2012 | 126920 |
| 126914610 |
|
2013 | 128725 |
| 143575960 |
|
2014 | 130555 |
| 162424612 |
|
2015 | 132412 |
| 183747715 |
|
4.2. Lintasan Bira Pamatata
Pelayanan Ferry lintasan Bira Pamatata dapat diklasifikasikan berdasarkan pada beberapa kriteria. Berdasarkan karakter fungsional, lintasan ini dapat dikelompokkan ke dalam kelas regional route. Berdasarkan daerah geografinya, lintasan ini merupakan Inter-island route, yang menghubungkan pulau-pulau dalam satu region. Menghubungkan pulau Sulawesi dan pulau Selayar yang terletak dalam satu provinsi yaitu Sulawesi Selatan. Berdasarkan besarnya demand, dikategorikan sebagai low demand route, karena rute ini beroperasi dengan jumlah frekuensi 4 trip/ hari. Sedangkan berdasarkan jarak perjalanan, lintasan ini memiliki jarak tempuh 16 mil sehingga dikelaskan sebagai lintasan pendek.
4.2.1 Data Kapal Ferry Penyeberangan Bira – Pamatata
Armada yang sedang dioperasikan saat ini adalah kapal ferry ro-ro dengan jumlah 3 unit. Dua unit merupakan milik PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) yaitu KMP. Bontoharu dan KMP. Sangke Pallangga. Umur kapal rata-rata 7 tahun, umur kapal yang termuda adalah 5 tahun dan yang tertua adalah 8 tahun.
Kecepatan operasi kapal yang dicapai kapal adalah kecepatan rata-rata 8 knot, dimana jarak 16 mil dan ditempuh dengan waktu 120 menit.
Ukuran kapasitas (GRT) kapal rata-rata 746 GT, terkecil 556 GT dan terbesar 884 GT. Kapasitas (jumlah kendaraan) terkecil adalah 19 unit kendaraan dan terbesar adalah 22 unit kendaraan. Dengan rincian dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Karakteristik Kapal
URAIAN | KMP. BELIDA | KMP. BONTOHARU | KMP. SANGKE PALLANGGA |
Lintasan | Tondasi | Pamatata-Bira | Labuang Bajo |
Nakhoda | Stefanus L | Imran |
|
Bendera | Indonesia | Indonesia | Indonesia |
Pemilik | Dit.Jendral Perhubungan Darat | PT. ASDP | PT. ASDP |
Tempat Pembuatan | Palembang |
| Jakarta |
Galangan Pembuat | Pt. Marina Bahagia Palembang | PT.IKI Makassar | PT. Daya Radar Utama Jakarta |
Bahan | Baja | Baja | Baja |
Type Kapal | Ro-Ro | Ro-Ro | Ro-Ro |
Klasifikasi | BKI | BKI | BKI |
Tanda Selar | GT.1053 No. 634/Lla | GT.1053 No. 634/Lla |
|
Cross Tonnage | 884 GT |
| 556 GT |
Call Sign | YHKW | YHKW |
|
Kec. Maksimum | 12 Knot | 12 Knot | 12 Knot |
Motor Induk (ME) | 2 x 1000 HP | 2 x 1000 HP | 2 x 829 HP |
Motor Bantu (AE) | 2 x 90 KW | 2 x 90 KW |
|
Ukuran Utama | |||
Panjang | 53.50 m | 54.00 m | 45.50 m |
Lebar | 17.50 m | 14.00 m | 12 m |
Panjang Garis Air |
|
| 40 m |
Sarat/Draft | 3.40 m | 3.50 m | 2.15 m |
Tinggi | 2.45 m |
| 3.20 m |
Designed Draft | 2.50 m | 2.50 m |
|
Tangki Dasar | 60.000 lt |
|
|
Tangki Air Tawar | 66.000 lt |
|
|
Tangki Ballast | Ballas Depan : 130 ton Ballast Belakang : 92 ton |
| Depan Kanan :19T Kiri : 19T Belakang Kanan:13T Kiri :13T |
Mesin Utama | |||
Merk | Yanmar |
| Yanmar GAYM-ETE |
Type | 12 LAA-UTE I |
| YXH-240 |
Tenaga Kuda/PK | 2 x 1.000 HP |
| 2 x 829 HP |
Jumlah Mesin | 2 (dua) | 2 (dua) | 2 (dua) |
Kec. Maksimum | 12 Knot | 12 Knot | 12 Knot |
Tahun Pembuatan | 2003 | 2003 | 2006 |
RPM | 1.850 |
|
|
Jenis BBM | Solar | Solar | Solar |
Mesin Bantu |
|
|
|
Merk | Perkins |
|
|
Type | 6 TG2 AM |
|
|
Tenaga Kuda/PK | 2 x 124 DK |
|
|
Jumlah Mesin | 2 (dua) | 2 (dua) | 2 (dua) |
Kapasitas Muat | |||
Jumlah Penumpang | 300 orang | 400 orang | 214 orang |
Jumlah Kendaraan | 22 Unit | 22 Unit | 19 unit |
Jumlah Crew | 17 Orang | 18 Orang | 18 orang |
Pintu Rampa | |||
Pintu Rampa Haluan | P = 6 m, L = 4 m | P = 6 m, L = 4 m | 6x10x4 |
Pintu Rampa Buritan | P = 6 m, L = 4 m | P = 6 m, L = 4 m | 6x10x4 |
Sumber : ASDP Bira, Kabupaten Bulukumba, 2010
4.2.3. Pola Operasi Kapal
Jarak lintasan Bira Pamatata adalah 16 mil. Lintasan ini ditempuh dengan waktu 120 menit. Dan pada masing-masing pelabuhan waktu bongkar muat 45 menit.
Jadwal keberangkatan kapal yaitu trip pertama dimulai sejak jam 08.00 WITA baik di pelabuhan Kayangan maupun pelabuhan Pototano. Dan trip terakhir berakhir pada jam 18.40 WITA baik di pelabuhan Pamatata. Contoh Total trip adalah 4 Trip (Bira 2 Trip dan Pamatata 2 Trip). Jadwal kunjungan kapal dapat dilihat pada lampiran 2.
Sabtu 21-05-11
Larut hari (Middle Watch) 00.00-04.00 | 04.00 Kapal sandar kiri di pelabuhan pamatata | Keadaan Cuaca Baik | 04.00 Baik dan Aman |
Dini Hari (Morning watch) 04.00 – 08.00 | 07.00 Kapal sandar kiri di pelabuhan pamatata 08.00 A/P Nakoda kapal O/G tolak dr pelabuhan pamatata. | Keadaan Cuaca Baik | 07.00 Persiapan Pamatata (Rampdoor Area) 08.00 SBE 08.10 O/G 8.20 Full Away |
Pagi Hari (Feronoon watch) 08.00-12.00 | 10.00 A/P Nakoda kapal O/G tiba di pelabuhan Bira 11.05 A/P Nakoda kapal O/G tolak di pelabuhan Bira | Keadaan Cuaca Baik | 10.05 SBE 10.10 O/G 10.15 Full Away 11.00 SBE 11.10 O/G 11.15 Full Away |
Siang hari (Afternoon Watch) 12.00-16.00 | 13.05 A/P Nakoda kapal O/G tiba di pelabuhan Pamatata 14.30 A/P Nakoda kapal O/G tolak dr pelabuhan pamatata. | Keadaan SF Mendung Smoth | 13.15 SBE 13.20 O/G 13.25 Full Away 13.40 SBE 13.45 O/G 13.50 Full Away 15.30 SBE 15.35 O/G 15.40 Full Away |
Petang Hari (Dog watch) 16.00-20.00 | 16.15 A/P Nakoda kapal O/G tiba di pelabuhan Bira 16.40 A/P Nakoda kapal O/G tolak di pelabuhan Bira | Keadaan SF Mendung Smoth | 16.20 SBE 16.25 O/G 16.30 Full Away 18.30 SBE 18.35 O/G 18.40 Full Away 24.00 Baik n Aman |
Malam Hari (First Watch) 20.00-24.00 | 19.40 A/P Nakoda kapal O/G sandar di pelabuhan Pamatata 24.00 Kapal sandar kiri di pelabuhan pamatata | Keadaan SF Mendung Smoth | 24.00 Baik n Aman |
4.3. Arus Muatan
Apabila diperhatikan prosentase muatan penumpang dan kendaraan yang naik pada kedua pelabuhan pada lima tahun terakhir, dapat memberikan gambaran arus penumpang dari pelabuhan Ketapang lebih kecil yakni 45% sedangkan penumpang dari pelabuhan Gilimanuk yaitu 55 %. Sedangkan untuk kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4, arus kendaraan cenderung berimbang pada kedua pelabuhan
Tabel 4.4. Arus muatan pelabuhan Bira - Pamatata
Tahun | Penumpang | Kendaraan Roda 2 | Kendaraan Roda 4 | |||
Bira | Pamatata | Bira | Pamatata | Bira | Pamatata | |
2006 | 72.454 | 67.901 | 7.003 | 6.442 | 7.470 | 6.510 |
2007 | 73.388 | 73.266 | 7.547 | 7.990 | 8.125 | 7.105 |
2008 | 77.510 | 88.623 | 8.888 | 7.981 | 9.789 | 8.547 |
2009 | 87.648 | 90.823 | 9.509 | 13.685 | 9.874 | 12.095 |
2010 | 90.176 | 101.184 | 10.452 | 14.455 | 11.034 | 13.114 |
Jumlah | 401.176 | 775.693 | 43.399 | 50.553 | 46.292 | 47.371 |
prbndngn |
|
|
|
Sumber : PT ASDP Cabang Selayar
4.3.1. Arus Penumpang
Arus Penumpang selama lima tahun terakhir (2006-2010) pada pelabuhan Bira dan pelabuhan Pamatata dapat dilihat pada table 4.11. Penumpang dipelabuhan Bira mengalami peningkatan rata-rata 5,24 %, per tahun dan dipelabuhan Pamatata peningkatannya rata-rata 9,32%.
Tabel 4.5. Arus penumpang pelabuhan Bira - Pamatata
Tahun | Penumpang | |||
Bira | Pertmbhan(%) | Pamatata | Pertmbhn(%) | |
2006 | 72.454 |
| 67.901 |
|
2007 | 73.388 | 1,27 | 73.266 | 7,32 |
2008 | 77.510 | 5,31 | 88.623 | 17,33 |
2009 | 87.648 | 11,56 | 90.823 | 2,42 |
2010 | 90.176 | 2,80 | 101.184 | 10,23 |
rata-rata |
| 5,24 | 9,32 |
Sumber: PT. ASDP
4.3.2. Arus Kendaraan
Arus muatan kendaraan selama lima tahun terakhir (2006-2010) pada pelabuhan Bira dan pelabuhan Pamatata dapat dilihat pada table 4.12. Untuk kendaraan roda dua terjadi peningkatan. Pada pelabuhan Bira peningkatannya rata-rata 9,46% pertahun dan untuk pelabuhan Pamatata terjadi peningkatan rata-rata 16,56 % tiap tahunnya.
Tabel 4.6. Arus kendaraan roda 2 pelabuhan Bira - Pamatata
Tahun | Kendaraan Roda 2 | |||
Bira | Pertmbhan(%) | Pamatata | Pertmbhan(%) | |
2006 | 7.003 | 6.442 |
| |
2007 | 7.547 | 7,20 | 7.990 | 19,37 |
2008 | 8.888 | 15,08 | 7.981 | -0,11 |
2009 | 9.509 | 6,53 | 13.685 | 41,68 |
2010 | 10.452 | 9,02 | 14.455 | 5,32 |
rata-rata | 9,46 | 16,56 |
Sumber: PT. ASDP
Dan untuk kendaraan roda 4, pada pelabuhan Bira terjadi peningkatan rata-rata 9,10 % pertahunnya sedangkan untuk pelabuhan Pamatata peningkatannya rata-rata 15,58 % pertahun. Untuk arus muat kendaraan roda 4 dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini
Tabel 4.7. Arus kendaraan roda 4 pelabuhan Bira - Pamatata
Tahun | Kendaraan Roda 4 | |||
Bira | Pertmbhan(%) | Pamatata | Pertmbhan(%) | |
2006 | 7.470 |
| 6.510 |
|
2007 | 8.125 | 8,06 | 7.105 | 8,37 |
2008 | 9.789 | 16,89 | 8.547 | 16,87 |
2009 | 9.874 | 0,86 | 12.095 | 29,33 |
2010 | 11.034 | 10,51 | 13.114 | 7,77 |
rata-rata |
| 9,10 |
| 15,58 |
Sumber: PT. ASDP
4.4. Peramalan Muatan
Untuk mengantisipasi pertumbuhan arus muatan beberapa tahun yang akan datang, maka arus muatan di ralamalkan dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Jumlah Penduduk dan PDRB menjadi variabel bebasnya, dan untuk table perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1
Tabel 4.8. Model arus muatan
Tahun | Penumpang (Unit) | Kendaraan Roda 2 (Unit) | Kendaraan Roda 4 (Unit) | |||
Bira | Pamatata | Bira | Pamatata | Bira | Pamatata | |
2011 | 95.569 | 109.441 | 11.317 | 16.359 | 11.567 | 18.497 |
2012 | 102.110 | 117.904 | 12.111 | 19.071 | 12.041 | 19.554 |
2013 | 109.509 | 126.486 | 12.863 | 22.139 | 12.315 | 19.904 |
2014 | 117.880 | 135.191 | 13.565 | 25.610 | 12.359 | 19.443 |
2015 | 127.349 | 144.019 | 14.209 | 29.536 | 12.139 | 18.052 |
Jumlah | 552.417 | 633.041 | 64.065 | 112715 | 60.421 | 95.450 |
Sumber: Hasil Analisis
4.5. Analisis Kebutuhan Kapasitas Kapal
Kebutuhan kapasitas kapal akibat adanya pertumbuhan arus muatan setiap tahunnya, dianalisis untuk mengoptimalkan kapasitas armada yang ada saat ini dan perubahan jumlah dan kapasitas kapal yang akan dioperasikan berdasarkan permintaan (demaind) arus penumpang dan arus muatan kendaraan pada kedua pelabuhan yang diseimbangkan dengan ketersediaan armada penyeberangan (supplay). Analisis selanjutnya meliputi:
4.5.1. Evaluasi Kapasitas Armada yang sedang beroperasi
Armada yang digunakan pada trayek Bira - Pamatata ini berkisar antara GRT 556– 884 dengan rata-rata 746 GT. Dan rata-rata jumlah penumpang yang dapat diangkut adalah 305 orang. Sedangkan jumlah kendaraan sebanyak 21 unit yang terdiri dari kendaraan Golongan I-VIII. Kapal beroperasi dengan kecepatan operasional antara 7-12 Knot dan frekuensi 4 trip per hari atau 1460 per tahun.
Dengan menggunakan frekuensi pelayanan per tahun (trip) maka diperoleh kapasitas kapal sebagai berikut:
1. Muatan Penumpang
Jika tetap menggunakan armada dengan kapasitas tersebut maka diperoleh kapasitas kapal sebagai berikut:
Tabel 4.9. Load factor angkutan penumpang
Tahun | Jumlah Penumpang | F/Th | Kapapasitas Tersedia | Sisa Kps tersedia | LF % | |
| -2 | |||||
-1 | (2)*305 pnp= (3) | (3)-(1) | (1)/(3)*100 | |||
2011 | 109.441 | 1460 | 445300 | 335.859 | 24,58 | |
2012 | 117.904 | 1460 | 445300 | 327.396 | 26,48 | |
2013 | 126.486 | 1460 | 445300 | 318.814 | 28,40 | |
2014 | 135.191 | 1460 | 445300 | 310.109 | 30,36 | |
2015 | 144.019 | 1460 | 445300 | 301.281 | 32,34 |
Sumber: Hasil Analisis
Hasil di atas menunjukakan bahwa pada tahun 2011-2015 belum diperlukan penambahan jumlah armada, karena load factor penumpang masih terlalu kecil atau kapasitas angkut untuk muatan penumpang (supply) nilainya masih jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi muatan (demand)
2. Muatan Kendaraan
Kendaraan golongan I, II, dan III penempatannya dilakukan dengan mengisi space di antara kendaraan roda 4, sehingga evaluasi kapasitas muatan kendaraan difokuskan hanya pada golongan kendaraan roda 4 atau lebih saja.
Tabel 4.10
Tahun
| Jumlah Roda 4 | F/Th | Kapapasitas Tersedia | Sisa Kps tersedia | LF % | |
-2 | ||||||
-1 | (2)*21 pnp= (3) | (3)-(1) | (1)/(3)*100 | |||
2011 | 18.497 | 1460 | 30660 | 12.163 | 60,33 | |
2012 | 19.554 | 1460 | 30660 | 11.106 | 63,78 | |
2013 | 19.904 | 1460 | 30660 | 10.756 | 64,92 | |
2014 | 19.443 | 1460 | 30660 | 11.217 | 63,41 | |
2015 | 18.052 | 1460 | 30660 | 12.608 | 58,88 |
Hasil perhitungan load factor pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa untuk geladak kendaraan, mulai tahun load factor sbelum melampaui 100 %, dan yang tertinggi hanya mencapai 64,92 % dan tidak diperlukan penambahan armada.
4.5.2 Analisa Kapasitas Armada Pada 2015
Frekuensi penyeberangan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya lama waktu pelayaran, lama waktu bongkar-muat, waktu operasional, kapasitas angkut kapal dan potensi angkutan. Waktu operasional meliputi jumlah hari operasional pertahun dan jumlah jam waktu operasional perhari.
Jumlah kebutuhan frekuensi penyeberangan dibatasi oleh kapasitas pelayanan di pelabuhan. Dalam hal ini jumlah maksimum trip keberangkatan yang dapat dilayani oleh dermaga. Pelabuhan Bira dan pelabuhan Pamatata memiliki kapasitas yang sama saat ini 32 trip/hari.
Kapasitas maksimum yang dapat dicapai tiap pelabuhan adalah;
Waktu tersedia = 24 jam x 1 unit dermaga = 24 jam
Waktu kapal bongkar muat = 45 menit
Estimasi waktu kapal maneuver = 15 menit
Waktu total kapal di dermaga = 45 menit
Sehingga diperoleh;
Kapasitas maksimum trip dilayani = = 32 trip /hari
Kapasitas maksimum trip dilayani = 32 trip/hari x 365 hari = 11680 trip /tahun.
Sedangkan kapasitas trip per tahun sekarang
= Kapal yang beroperasi x trip x hari (tahun)
= 1x 4 x 365
= 1460 trip / tahun
Kapasitas maksimum trip kapal dapat dihitung sebagai berikut:
Waktu tersedia per tahun = 365 hari – 25 hari (waktu docking)
= 340 hari = 8160 jam
Waktu kapal muat = 20 menit
Waktu kapal bongkar = 10 menit
Waktu olah gerak kapal = 15 menit
Waktu kapal berlayar = 120 menit
Waktu round trip kapal = 330 menit
Sehingga diperoleh;
Kapasitas maksimum trip/kapal =
= 1483 trip/tahun/kapal = 4451 trip/tahun
= 4 trip/hari/kapal = 13 trip/ hari
Kebutuhan Frekuensi
Kebutuhan frekuensi dihitung berdasarkan potensi muatan kendaraan roda 4≥ karena dari hasil perhitungan pada tabel 4.9 dan 4.10, load factor kendaraan roda 4≥ jauh lebih tinggi dibandingkan dengan load factor penumpang. Selanjutnya, jumlah kebutuhan frekuensi untuk mengangkut potensi muatan hingga tahun 2015 dihitung berdasarkan kondisi kapasitas saat ini, yakni 1 unit kapal yang beroperasi setiap hari, memuat rata-rata 21 unit kendaraan per kapal, sehingga kapasitas muat kapal unit kendaraan. Adapun kebutuhan frekuensi untuk mengangkut potensi muatan hingga tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Tahun | Potensi Muatan Kend roda 4 ≥ | Kapasitas angkut -2 | Frekuensi per tahun (1)/(2)= (3) | Frekuensi/hari (1)/(3)=(4) | Frekunsi /kapal/hari (4)/3 kapal |
-1 | 2 | 3 | 4 | 5 | |
2011 | 18.497 | 21 | 881 | 21 | 7 |
2012 | 19.554 | 21 | 931 | 21 | 7 |
2013 | 19.904 | 21 | 948 | 21 | 7 |
2014 | 19.443 | 21 | 926 | 21 | 7 |
2015 | 18.052 | 21 | 860 | 21 | 7 |
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa sampai tahun 2015 pelayanan penambahan armada di kedua pelabuhan tidak diperlukan karena tip maksimum yang tersedia saat ini bisa mencapai 32 trip/hari .
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarni Sambodiono, Ekonomi & Manajemen Teknik, Graha Ilmu, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, 2006.
2. Hakim Abdul, Kumuji Srikandi, Pengantar Statistika, Citra Media Surabaya, 1997.
3. Iswardono, Prof, DR, Sp, M.A. Sekelumit Analisa Regresi & Korelasi, Edisi Pertama 1981
4. Manurung Alder Haymans, S.E, Teknik Peramalan Bisnis & Ekonomi, Cetakan Pertama, 1990
5. Sudjana, Prof, DR, M.A, M,Sc. Metode Statistika, Transito Bandung, 1996
6. Salim Abbas, H.A, Drs, Manajemen Transportasi, Edisi 1, Cetakan 5, PT Raja Grafindo Persada, 2000
7. Nasution M. Nur, Drs, M.S, Tr, Manajemen Transportasi, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, 2004
8. Nasution, H. M. N. 1996. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia. Jakarta
9. Salim, Abbas. 1993. Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan. Pustaka Jaya.
Jakarta.
10. JICA. 1993. Study Transportasi di Kawasan Timur Indonesia dan Standarisasi
Ferry Ro-ro. UNHAS. Makassar
11. Jinca, M. Y. 2003. Perencanaan Transportasi, Teknik dan Perencanaan
Tranportasi Laut. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar
12. Makridakis. 1996. Metode aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta
13. Asmiati, 2008. Analisa Kapasitas Armada Angkutan Penyeberangan Trayek
Bira-Sikeli. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar
Tahun | Penumpang (Unit) | Kendaraan Roda 2 (Unit) | Kendaraan Roda 4 (Unit) | |||
Bira | Pamatata | Bira | Pamatata | Bira | Pamatata | |
2011 | 95.569 | 109441 | 11.317 | 16359 | 11.567 | 18497 |
2012 | 102.110 | 117904 | 12.111 | 19071 | 12.041 | 19554 |
2013 | 109.509 | 126486 | 12.863 | 22139 | 12.315 | 19904 |
2014 | 117.880 | 135191 | 13.565 | 25610 | 12.359 | 19443 |
2015 | 127.349 | 144019 | 14.209 | 29536 | 12.139 | 18052 |
Jumlah |
|
|
Sumber: Hasil Analisis