Senin, 25 Juli 2011

Skripsi - Ku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angkutan penyebrangan lintas Pamatata – Bira adalah jalur utama angkutan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Selayar dengan Pulau Sulawesi, tepatnya yaitu Bira Kabupaten Bulukumba. Pelabuhan pamatata sendiri berada pada bagian ujung utara Pulau Selayar, letak pelabuhan ini sangat strategis karena pada bagian baratnya terdapat tanjung kecil yang berfungsi sebagai penahan ombak alami saat musim barat, sedangkan pelabuhan bira berada pada bagian selatan Kabupaten Bulukumba, sekitar 40km dari Kota Bulukumba yaitu Ibukota Kabupaten Bulukumba. Angkutan Penyebrangan Pamatata – Bira dimulai pada tahun 1980 yaitu dilayani oleh KMP Tenggiri dengan satu round trip perhari, karena perkembangan mobilitas penduduk dan tentunya dibarengi mobilitas pergerakan kendaraan dalam angkutan pelayanan penyeberangan lintas pamatata – bira maka pada awal tahun 90-an ditambah menjadi 8-10 round trip per minggu. Pada akhir periode tahun 90-an KMP Tenggiri diganti dengan KMP Lingkis yang memiliki ukuran sama tetapi kecepatannya lebih tinggi, KMP Tenggiri diganti dengan KMP Lingkis karena dianggap tidak sesuai beroperasi di selat.

Pada saat ini Ferry yang beroperasi melayani jasa penyeberangan Selayar ke Bulukumba yaitu pada dermaga pamatata dan dermaga bira ada satu buah ferry yaitu KMP. Bontoharu yang mulai beroperasi tahun 2003, dimana memiliki kapasitas lebih besar dari ferry yang melayan angkutan penyebrangan ini sebelumnya. Pada waktu tertentu dimana membutuhkan pelayanan lebih seperti saat mendekati hari – hari besar keagamaan atau saat libur panjang maka akan didatangkan ferry tambahan untuk memenuhi kebutuhan angkutan penyebrangan . Kondisi tahun 2010 sering terjadi antrian kendaraan pada penyebrangan lintas pamatata – bira terutama angkutan barang, sehingga perlu dilakukan penelitian dan kajian tentang angkutan penyebrangan lintas pamatata – bira, dan kebutuhan armada pada tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu mengadakan rumusan masalah agar penelitian ini menjadi lebih terstruktur. Adapun rumusan masalah yang penulis susun adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pelayanan angkutan penyebrangan Pamatata – Bira.

2. Bagaimana kebutuhan armada pelayaran ferry Pamatata – Bira pada tahun 2015.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan lebih mengarahkan fokus permasalahan sehingga mengefektifkan penyelesaian masalah, perlu adanya pembatasan masalah. Adapun permasalahan yang akan dibahas hanya difokuskan pada :

1. Tingkat pelayanan angkutan fery pamatata – bira dalam trip.

2. Analisa pelayanan angkutan penyebrangan penyebrangan pamatata – bira

berdasarkan pada situasi normal.

3. Variabel bebas yang digunakan adalah Pendapatan Penduduk (PDRB) dan

Jumlah penduduk

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan ini adalah sebagai berikut :

“Megetahui tingkat pelayanan pelayaran peyebrangan ferry pamatata – bira”.

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi ilmiah dalam menambah pengetahuan mengenai pelayanan peyebrangan ferry pamatata - bira.

2. Menentukan armada yang dibutuhkan pada tahun 2015.

1.5 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulis membagi kerangka penulisan dalam beberapa bagian, yakni :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori – teori dasar yang menjadi acuan dalam menganalisa masalah sehingga dapat diperoleh penyelesaian dari masalah tersebut.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang sumber dan jenis data, metode pengumpulan data, metode analisa data, dan kerangka alur penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai masalah yang ada, yakni armada kapal ferry, karakteristik dimensi kapal ferry, analisa jumlah kendaraan, dan persamaan matematis dimensi kapal ferry baik itu produksi dalam negeri maupun luar negeri.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merupakan solusi akhir dari permasalahan yang dianalisa serta saran-saran yang berkaitan dengan penulisan ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

Jaringan Prasarana

Prasarana merupakan hal yang vital dalam angkutan penyeberangan karena menentukan baik kualitas maupun kuantitas pelayanan penyeberangan, adapun beberapa prasarana dalam angkutan penyeberangan adalah jalan raya, fasilitas pelabuhan (penahan gelombang, jembatan/jetty, kolam pelabuhan, rambu kapal dll)

Jaringan Pelayanan

Jaringan pelayanan adalah trayek atau rute yang dilayani oleh angkutan penyeberangan, dalam hal ini menghubungkan Kabupaten Selayar pada pelabuhan Pamatata ke Pulau Sulawesi yaitu pelabuhan Bira Kabupaten Bulukumba. Jarak Pelabuhan Pamatata ke Pelabuhan Bira adalah 16 mil.

Pelayanan

Pelayanan Angkutan Penyeberangan berupa aspek –aspek yang berpengaruh terhadap kapal seperti tarif

Muatan Ferry Berdasarkan Golongan Muatan Kendaraan Penyeberangan

No.

Golongan

Keterangan

1

Golongan I

Sepeda

2

Golongan II

Sepeda motor di bawah 500 cc dan gerobak dorong.

3

Golongan III

Sepeda motor besar ( ≥ 500 cc ) dan kendaraan roda 3.

4

Golongan IV

Kendaraan bermotor berupa mobil jeep, sedan, minicap, minibus, mikrolet, pick up, station wagon dengan ukuran panjang sampai dengan 5 meter, dan sejensnya.

5

Golongan V

Kendaraan bermotor berupa mobil bus, mobil barang (truck)/tangki dengan ukuran panjang sampai dengan 7 meter, dan sejensnya.

6

Golongan VI

Kendaraan bermotor berupa mobil bus, mobil barang (truck)/tangki dengan ukuran panjang lebih dari 7 meter sampai dengan 10 meter dan sejenisnya, dan kereta penarik tanpa gandengan.

7

Golongan VII

Kendaraan bermotor berupa barang (truk teronton)/tangki, kereta penarik berikut gandengan serta kendaraan alat berat dengan ukuran panjang lebih dari 10 meter sampai dengan 12 meter dan sejenisnya.

8

Golongan VIII

Kendaraan bermotor berupa barang (truk teronton)/tangki, kendaraan alat berat dan kereta penarik berikut gandengan dengan ukuran panjang lebih dari 12 meter dan sejenisnya.

Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 2 Tahun 2009

Waktu

Waktu yang dibutuhkan untuk angkutan penyeberangan Pamatata – Bira bervariasi berdasarkan cuaca yang sedang berlangsung, namun bila pada keadaan normal maka jarak pamatata-bira yang 16 mil dapat ditempuh dalam waktu 2 jam.

2.1 Sistem Transportasi Penyebrangan

o Persyaratan Pengoperasian Angkutan Penyebrangan

Angkutan penyebrangan pada dasarnya merupakan bagian dari angkutan jalan raya. Angkutan jalan raya merupakan suatu corak transportasi yang sangat flexibel. Artinya, prasarana yang ada bisa meleyani beberapa tingkatan “demand” serta dapat dilalui setiap saat. Sebagai bagian dari angkutan darat,angkutan penyebrangan diharapkan memenuhi kriteria yang mendekati sifat-sifat angkutan jalan raya, yaitu sebagai berikut.

a. Pelayanan Ulang-alik dengan Frekuensi Tinggi

Pemakaian penyebrangan pada umumnya menginginkan pelayanan tanpa waktu tunggu yang lama.

b. Pelayanan Terjadwal dengan “ Headway” Konstant

Hal ini sangat diinginkan oleh penumpang sesuai dengan tujuan perjalanan mereka.

c. Pelayanan yang Reliabel

Reability biasanya dinyatakan dalam dua parameter, yaitu regularity (keteraturan) dan punctuality (ketepatan waktu). Keteraturan dan ketepatan waktu bagi penumpang atau barang sangat dituntut oleh pemakai yang sangat mengharapkan efisiensi transport.

d. Pelayaran yang Aman dan Nyaman

Pelayaran yang aman dituntut pada semua jarak pelayaran, sedangkan kenyamanan dituntut terutama pada pelayaran yang memerlukan waktu tempuh yang lama. Akomodasi di kapal penyebrangan dengan waktu pelayanan malam hari perlu diperhatikan.

e. Tarif yang moderat (Rendah)

Mengingat angkutan penyebrangan biasanya ditunjukan untuk melayani angkutan “commuter” maka angkutan penyebrangan diharapkan berada pada tingkat moderat (rendah)

f. Aksesibilitas ke Terminal Angkutan Penyebrangan

Karakteristik yang lebih spesifik dari kapal ferry yaitu tipe kapal adalah Ro-Ro penumpang, di mana bongkar muat secara horisontal dengan mengunakan roda dari dan kedalam kapal melalui ramp jembatan kapal. Kapal ini selain mengankut barang juga penumpang.

Menurut Hadisuwarno dalam Nasution, 1996, bentuk–bentuk muatan yang bisa diangkut dengan kapal ferry adalah :

1. Bisa bergerak sendiri, misalnya mobil.

2. Barang–barang di atas truk dan penumpang dalam bis.

3. Barang–barang di atas roll plate

4. Kontainer di atas chassis

5. Penumpang yang bergerak sendiri.

Pemilihan lokasi pelabuhan penyeberangan, kadang–kadang tidak memperhatikan perbedaan pasang surut. Untuk mengantisipasi hal ini, maka kapal ferry harus bisa mempunyai sarat yang kecil. Di samping itu, kapal ferry harus bisa bermanuver dengan cepat. Hal ini penting terutama pada saat memasuki daerah pelabuhan. Olehnya itu kapal–kapal penyeberangan biasanya mempunyai baling–baling ganda agar dapat melakukan manuver dengan baik.

2.2 Rencana Pola Operasi

Frekuensi pelayanan yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan dua type demand, Yaitu permintaan penumpang dan barang. Untuk kepentingan perencanaan digunakan frekuensi pelayanan yang terbesar di antara dua pendekatan atau metode. Metode perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Berdasarkan Jumlah Permintaan Barang

NC =

Keterangan :

NC : frekuensi / hari

P : volume barang (ton/tahun)

T : rata-rata volume kargo/truk (ton) = maksimum loading capacity x 0,7

N : factor operasi = 0,4

O : factor okupansi = 0,6

M : kapasitas muat kendaraan maksimum (sesuai type kapal)

b. Berdasarkan Jumlah Permintaan Penumpang

NP =

Keterangan :

NP : frekuensi / hari

P’ : jumlah penumpang / tahun

N’ : factor operasi =0,9

O’ : factor okupansi = 0,6

M’ : kapasitas muat penumpang maksimum (sesuai type kapal)

2.3 Teknik Peramalan

2.3.1 Regresi Linear Sederhana

Menurut Tamin. 2000. Perencanaan dan Peramalan Transportasi. ITB Bandung, Hal. 117. Regresi linear sederhana merupakan suatu bentuk regresi yang terdiri dari ukuran Y tunggal (variable tidak bebas) terhadap ukuran X tunggal (variable bebas). Uraian matematisnya adalah jika menggunakan Y sebagai variable tidak bebas dan X sebagai variable bebas maka akan didapatkan persamaan garis lurus : Y= a+b.X

Dimana:

a.

b.

y = nilai trend yang ditaksir

x = jumlah tahun yang dihitung dari periode dasar.

2.3.2 Regresi Berganda

Pada regresi berganda terdapat satu variabel tidak bebas (Y) dan lebih dari satu variable bebas (X1……….Xn)

Bentuk umum dari regresi berganda adalah :

Y = a+b1.x1 + b3.x3 … … … bn.xn

Dimana :

a = konstanta regresi

b1,b2,b3………..,bn = koefisiensi regresi

x1,x2,x3………..,xn = Variabel bebas (Independent)

y = Variabel tidak bebas (Dependent)

2.3.3 Pengujian Model Regresi

2.3.3.1 Koefisiensi Determinasi (R²)

Menurut Tamin. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. ITB Bandung, Hal. 120. dapat persamaan :

R² = [R² - K / (N - 1)]x[(N – 1)/(N-K-1)]

Dimana :

N adalah jumlah data/sample dan K adalah jumlah variable bebas x

Nilai R² tersebut berkisar antara 0 sampai dengan 1. Nilai R² yang mendekati 1 menunjukkan sangat besarnya pengaruh variable X ( Variabel bebas) dalam menentukan besarnya nilai ramalan untuk variable Y yang diramalkan.

2.3.3.2 Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi ini digunakan untuk menentukan korelasi antara variabel tak bebas dengan variabel bebas atau antara variabel bebas. Koefesien korelasi ini dapat dihitung dengan berbagai cara yang salah satunya adalah persamaan berikut:

r =

Nilai r=1 menunjukkan bahwa korelasi antara peubah y dan x adalah positif (meningkatnya nilai x akan mengakibatkan meningkatnya nilai y). sebaliknya jika nilai r= -1, berarti korelasi antara variabel y dan x adalah negative (meningkatnya nilai x akan mengakibatkan menurunnya nilai y). Nilai r = 0 menyatakan tidak ada korelasi antar variabel.

2.3.3.3 Pengujian dengan Statistik F

Pengujian b dengan statistic F dilakukan dengan menggunakan analisis varians (ANOVA). Analisis ini melihat apakah perbedaan harga rata-rata pada beberapa sampel berbeda secara signifikan atau tidak.

Menurut Gulo, 2002. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta, Hal. 205. didapat persamaan F:

F= x (n-2)

Dimana :

r² = koefisien korelasi

n = jumlah sampel data

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas :

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan–bahan tertulis atau studi literature tentang pelayanan angkutan penyebrangan lintas pamatata - bira.

Data yang diperlukan dalam penulisan ini dikumpulkan dengan cara mengutip data yang sudah ada, baik data–data yang telah didokumentasikan oleh instansi terkait maupun studi pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari segala literature yang erat kaitannya dengan penelitian.

Kegiatan pengumpulan data meliputi:

· Mengumpulkan informasi berupakan kebijakan – kebijakan yang terkait dengan angkutan sungai, danau dan penyeberangan PT (Persero) Ferry Indonesia.

· Mengumpulkan informasi sistem transportasi laut yang saat ini berlangsung di wilayah yang dilayani angkutan sungai dan penyeberangan

· Mengumpulkan informasi tentang jumlah arus pergerakan barang dan atau manusia PT (Persero) Ferry Indonesia

· Mengumpulkan informasi tentang asal dan tujuan pergerakan barang dan atau manusia yang dilayani PT (Persero) Ferry Indonesia.

· Mengumpulkan informasi mengenai data – data teknis tentang pola operasi sistem PT (Persero) Ferry Indonesia

3.2 Metode Analisa.

- Menganalisis kondisi sosio ekonomi wilayah layanan PT (Persero) Ferry Indonesia.

Kondisi sosio ekonomi wilayah layanan PT (Persero) Ferry Indonesia dianalisis menggunakan teori aksesibilitas dimana wilayah layanan tersebut ditentukan dengan meninjau tingkat aksesibilitasnya (sebagai fungsi jarak, waktu ataupun biaya) ke pelabuhan penyeberangan.

- Memprediksi arus pergerakan untuk setiap lintasan yang ditinjau.

Estimasi jumlah arus pergerakan penumpang dan kendaraan di tiap lintasan diprediksi berdasarkan metode peramalan dengan analisa regresi.

- Menganalisis Model Permintaan Angkutan

Analisa Model permintaan angkutan berdasarkan fungsi variabel Pendapatan penduduk (PDRB) dan Jumlah Pendudukdengan menggunakan regresi.

- Menghitung arus muatan untuk mendapatkan persamaan:

Y = a + b.X1 + b.X2

Dimana :

X1 = Jumlah Penduduk

X2 = PDRB

Pengolahan data dengan metode bangkitan pergerakan forcasting (kondisi 2015) untuk mengetahui kecenderungan kondisi sosio-ekonomi dan jumlah muatan.

- Menganalisis kapasitas kapal yang dibutuhkan.

Operasi kapal adalah penentuan jumlah kapal (armada), kapasitas kapal dan jumlah frekuensi yang diperlukan pada tiap lintasan sesuai dengan jenis kapal dan jarak lintasan. Untuk menghitung jumlah kapal yang diperlukan pada suatu lintasan, digunakan formula sebagai berikut :

N = f / f’

Dimana:

N = Jumlah kapal

f = Frekuensi pengapalan pertahun

f´= Frekuensi pengapalan satu armada

f’

Dimana :

T = Waktu efektif pengoperasian kapal

Tbm = Waktu bongkar muat kapal

ts = Waktu Tempuh kapal

tl = Waktu kapal berlabuh di pelabuhan.

Pl = jm/f

Dimana:

Pl = Kapasitas kapal (pay load)

jm = Jumlah muatan pertahun

f = Frekuensi pengapalan pertahun

- Pengambilan kesimpulan tentang hasil yang diperoleh dari pembahasan dan hasil penelitian.

3.3. Jenis Data yang digunakan

Pada penelitian ini dilakukan jenis data yang digunakan adalah:

1. Data primer

Merupakan data yang di peroleh langsung dari lapangan melalui observasi atau pengamatan langsung dangan obyek penelitian; kapasitas muat kapal dan data lain yang mendukung

2. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis yaitu data register kapal, data hinterland dari wilayah yang dilayani.

3.3 Tahapan Kegiatan

a. Pemahaman terhadap Kerangka Acuan dan Penyusunan Rencana Kegiatan

  • Mengumpulkan literature dan berbagai studi yang terkait dengan topik pelayanan angkutan penyeberangan.
  • Menghitung waktu yang dibutuhkan untuk satu trip pelayanan pelayaran fery.
  • Meramalkan kebutuhan armada pada tahun 2015

b. Survey dan pengumpulan data

· Survey meliputi jumlah penumpang, penduduk, pendapatan(PDRB), pergerakan penumpang/muatan, jadwal, personali yang dibutuhkan dalam terlaksananya suatu pelayanan angkutan penyebrangan fery pamatata - bira.

c. Proses Analisis dan Evaluasi Data

· Melakukan data mentah yang diperoleh dari berbagai survey

· Melakukan interfretasi terhadap hasil hasil kompilasi data

· Melakukan analisis sesuai dengan metodologi.

Untuk memahami persyaratan administrasi, maka seluruh rangkaian pekerjaan ini dituangkan dalam bentuk pelaporan sebagai berikut :

a. Laporan, berisikan :

· Penjabaran factor-faktor yag mempengaruhi pelayanan angkutan penyeberangan dan urutan pelayanan pelayaran penyebrangan (Jadwal kegiatan pelayaran)

· Penghitungan dan rencana kegiatan pengumpulan data

· Peramalan armada yang dibutuhkan untuk pelayanan angkutan penyeberangan pamatata – bira pada tahun 2015.

· Rancangan Laporan

· Laporan Akhir

3.5 Kerangka Pemikiran

Untuk memudahkan dan mengarahkan proses atau langkah-langkah penyelesaian, dibuat suatu kerangka analisis yang menggambarkan urutan pengerjaan dalam penyelesaian penelitian. Hal ini digambarkan pada gambar berikut

Analisa Data

Peramalan armada yang dibutuhkan di masa depan (2015)

Penambahan Armada

Mulai

Pengumpulan dan Penyajian Data (Penumpang, Jumlah Penduduk, PDRB, Prasarana Angkutan Penyeberangan dll.)

Latar Belakang Angkutan Penyeberangan Lintas Pamatata - Bira

Perbaikan Pelayanan/Penambahan Trip

Jumlah kebutuhan angkutan penyeberangan dalam trip

Kesimpulan







BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan dalam skripsi ini adalah untuk menentukan Pola Operasi Angkutan Penyeberangan Bira Pamatata. Kapasitas kapal akan ditentukan oleh potensi muatan dari wilayah hinterland pelabuhan Bira dan wilayah hinterland pelabuhan Pamatata yang dalam hal ini Cuma ditentukan oleh Kabupaten Selayar. Lintasan Bira-Pamatata merupakan salah satu lintas penyeberangan antar Kabupaten. Lintasan ini menghubungkan dua buah Kabupaten yakni Kabupaten Selayar yang terletak di pulau Selayar dan Kabupaten Bulukumba yang terletak di pulau Sulawesi dan menjadi pintu gerbang masuk pulau Sulawesi.

4.1. Hinterland Pelabuhan

Dalam menganalisa daerah hinterland pada lintasan Bira-Pamatata menggunakan konsep aksesibilitas yang merupakan suatu ukuran atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu daerah atau suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain. Sedangkan parameter yang digunakan untuk menentukan aksesbilitas adalah waktu, biaya transportasi darat dan jarak tempuh.

4.1.1. Penentuan Wilayah Hinterland

a. Pelabuhan Bira

Pelabuhan penyeberangan Bira terletak di Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi selatan, secara geografis Kabupaten ini terletak antara 05,20° - 05,40° dan antara 119,58°BB – 120,28° BT.(lihat gambar 4.1). Pelabuhan Penyeberangan Bira dapat dicapai selama kurang lebih 5 jam perjalanan darat dari Kota Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan..

Pelabuhan Bira melayani penyeberangan dari Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan ke Pelabuhan Pamatata dan Pattumbukan Kabupaten Selayar, sikeli, tondasi, dan labuang bajo.

.

Gambar 4.1. Peta administratif Sulawesi Selatan

b. Pelabuhan Pamatata

Pelabuhan Pamatata merupakan gerbang masuk utama Pulau Selayar dari arah utara. Pelabuhan ini terletak di ujung utara Pulau Selayar, dengan posisi terletak antara 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' - 122°30' Bujur Timur (lihat gambar 4.2). Jaraknya sekitar 50 km dari Kota Benteng atau dapat ditempuh sekitar satu setengah jam dengan kendaraan darat (mobil) .

Pelabuhan ini melayani penyeberangan dari Pelabuhan Pamatata (Pulau Selayar) ke Bira Kabupaten Bulukumba (Pulau Sulawesi). Dari kedua pelabuhan tersebut di atas yang dimasukkan menjadi daerah hinterland hanya Kabupaten Selayar karena yang menggunakan jalur penyeberangan ini adalah penduduk Kabupaten Selayar .

Gambar 4.2. Peta administratif Selayar

4.1.2. Kondisi Sosio Ekonomi Hinterland

Kapal Ferry merupakan alat transportasi laut yang pada umumnya mengangkut penumpang, barang dan kendaraan. Pertumbuhan jumlah pergerakan penumpang, barang dan kendaraan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan sosio ekonomi daerah. Kondisi sosio ekonomi meliputi jumlah penduduk dan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diuraikan sebagai berikut:.

1. Wilayah Hinterland Pelabuhan Bira-Pamatata

Potensi wilayah hinterland Pelabuhan Bira-Pamatata hanya pada Kabupaten Selayar dan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penduduk

Jumlah penduduk yang terdapat pada Kabupaten Selayar sebesar 116 513

jiwa pada tahun 2006 dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2010 menjadi sebesar 121 749 jiwa. Dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,806%.

b. PDRB

Besar kecilnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah sangat bergantung pada potensi sumber ekonomi yang dimiliki. Berdasarkan hasil penghitungan PDRB tahun 2009, nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Kepulauan Selayar telah mencapai 917.280,09 juta rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000, nilainya sebesar 428.668,75 juta rupiah. Struktur ekonomi bisa memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB suatu daerah. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian daerah tersebut. Struktur

di Kabupaten Kepulauan Selayar masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2009 sektor ini memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu sebesar 42,25 persen. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 7,89 persen. PDRB perkapita di Kabupaten Kepulauan Selayar setiap tahunnya mengalami peningkatan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 sebesar 7.534.190 rupiah.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk dan PDRB Kabupaten Selayar

NO

TAHUN

PENDUDUK

PERTUMBUHAN

PDRB

PERTUMBUHAN

JIWA

%

(Jutaan Rp)

%

1

2006

116 513


56273540


2

2007

117 860

1,14

63993309

12,06

3

2008

119 811

1,62

77130498

17,03

4

2009

121 749

1,59

91728009

15,91

5

2010

123 386

1,32

99167965

7,50

Rata-rata


1,41


13,12

Sumber : BPS dan data olahan

Dengan menggunakan metode pertumbuhan maka diperoleh hasil peramalan Penduduk dan PDRB 2015 sebagai variabel bebas dalam peramalan muatan penumpang dan muatan kendaraan

Table 4.2. Peramalan pertumbuhan Penduduk dan PDRB Kabupaten Selayar





Penduduk

%

PDRB

%

2006

116513

56273540

2007

117860

0,01143

63993309

0,12063

2008

119811

0,01628

77130498

0,17032

2009

121749

0,01592

91728009

0,15914

2010

123386

0,01327

99167965

0,07502

0,01422

0,13128026

2011

125141

112186735

2012

126920

126914610

2013

128725

143575960

2014

130555

162424612

2015

132412

183747715

4.2. Lintasan Bira Pamatata

Pelayanan Ferry lintasan Bira Pamatata dapat diklasifikasikan berdasarkan pada beberapa kriteria. Berdasarkan karakter fungsional, lintasan ini dapat dikelompokkan ke dalam kelas regional route. Berdasarkan daerah geografinya, lintasan ini merupakan Inter-island route, yang menghubungkan pulau-pulau dalam satu region. Menghubungkan pulau Sulawesi dan pulau Selayar yang terletak dalam satu provinsi yaitu Sulawesi Selatan. Berdasarkan besarnya demand, dikategorikan sebagai low demand route, karena rute ini beroperasi dengan jumlah frekuensi 4 trip/ hari. Sedangkan berdasarkan jarak perjalanan, lintasan ini memiliki jarak tempuh 16 mil sehingga dikelaskan sebagai lintasan pendek.

4.2.1 Data Kapal Ferry Penyeberangan Bira – Pamatata

Armada yang sedang dioperasikan saat ini adalah kapal ferry ro-ro dengan jumlah 3 unit. Dua unit merupakan milik PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) yaitu KMP. Bontoharu dan KMP. Sangke Pallangga. Umur kapal rata-rata 7 tahun, umur kapal yang termuda adalah 5 tahun dan yang tertua adalah 8 tahun.

Kecepatan operasi kapal yang dicapai kapal adalah kecepatan rata-rata 8 knot, dimana jarak 16 mil dan ditempuh dengan waktu 120 menit.

Ukuran kapasitas (GRT) kapal rata-rata 746 GT, terkecil 556 GT dan terbesar 884 GT. Kapasitas (jumlah kendaraan) terkecil adalah 19 unit kendaraan dan terbesar adalah 22 unit kendaraan. Dengan rincian dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Karakteristik Kapal

URAIAN

KMP. BELIDA

KMP. BONTOHARU

KMP. SANGKE PALLANGGA

Lintasan

Tondasi

Pamatata-Bira

Labuang Bajo

Nakhoda

Stefanus L

Imran

Bendera

Indonesia

Indonesia

Indonesia

Pemilik

Dit.Jendral Perhubungan Darat

PT. ASDP

PT. ASDP

Tempat Pembuatan

Palembang

Jakarta

Galangan Pembuat

Pt. Marina Bahagia Palembang

PT.IKI Makassar

PT. Daya Radar Utama Jakarta

Bahan

Baja

Baja

Baja

Type Kapal

Ro-Ro

Ro-Ro

Ro-Ro

Klasifikasi

BKI

BKI

BKI

Tanda Selar

GT.1053 No. 634/Lla

GT.1053 No. 634/Lla

Cross Tonnage

884 GT

556 GT

Call Sign

YHKW

YHKW

Kec. Maksimum

12 Knot

12 Knot

12 Knot

Motor Induk (ME)

2 x 1000 HP

2 x 1000 HP

2 x 829 HP

Motor Bantu (AE)

2 x 90 KW

2 x 90 KW

Ukuran Utama

Panjang

53.50 m

54.00 m

45.50 m

Lebar

17.50 m

14.00 m

12 m

Panjang Garis Air

40 m

Sarat/Draft

3.40 m

3.50 m

2.15 m

Tinggi

2.45 m

3.20 m

Designed Draft

2.50 m

2.50 m

Tangki Dasar

60.000 lt

Tangki Air Tawar

66.000 lt

Tangki Ballast

Ballas Depan : 130 ton

Ballast Belakang : 92 ton

Depan Kanan :19T

Kiri : 19T

Belakang Kanan:13T Kiri :13T

Mesin Utama

Merk

Yanmar

Yanmar GAYM-ETE

Type

12 LAA-UTE I

YXH-240

Tenaga Kuda/PK

2 x 1.000 HP

2 x 829 HP

Jumlah Mesin

2 (dua)

2 (dua)

2 (dua)

Kec. Maksimum

12 Knot

12 Knot

12 Knot

Tahun Pembuatan

2003

2003

2006

RPM

1.850

Jenis BBM

Solar

Solar

Solar

Mesin Bantu

Merk

Perkins

Type

6 TG2 AM

Tenaga Kuda/PK

2 x 124 DK

Jumlah Mesin

2 (dua)

2 (dua)

2 (dua)

Kapasitas Muat

Jumlah Penumpang

300 orang

400 orang

214 orang

Jumlah Kendaraan

22 Unit

22 Unit

19 unit

Jumlah Crew

17 Orang

18 Orang

18 orang

Pintu Rampa

Pintu Rampa Haluan

P = 6 m, L = 4 m

P = 6 m, L = 4 m

6x10x4

Pintu Rampa Buritan

P = 6 m, L = 4 m

P = 6 m, L = 4 m

6x10x4

Sumber : ASDP Bira, Kabupaten Bulukumba, 2010

4.2.3. Pola Operasi Kapal

Jarak lintasan Bira Pamatata adalah 16 mil. Lintasan ini ditempuh dengan waktu 120 menit. Dan pada masing-masing pelabuhan waktu bongkar muat 45 menit.

Jadwal keberangkatan kapal yaitu trip pertama dimulai sejak jam 08.00 WITA baik di pelabuhan Kayangan maupun pelabuhan Pototano. Dan trip terakhir berakhir pada jam 18.40 WITA baik di pelabuhan Pamatata. Contoh Total trip adalah 4 Trip (Bira 2 Trip dan Pamatata 2 Trip). Jadwal kunjungan kapal dapat dilihat pada lampiran 2.

Sabtu 21-05-11

Larut hari

(Middle Watch)

00.00-04.00

04.00 Kapal sandar kiri di pelabuhan pamatata

Keadaan Cuaca

Baik

04.00 Baik dan Aman

Dini Hari

(Morning watch) 04.00 – 08.00

07.00 Kapal sandar kiri di pelabuhan pamatata

08.00 A/P Nakoda kapal O/G tolak dr pelabuhan pamatata.

Keadaan Cuaca

Baik

07.00 Persiapan Pamatata

(Rampdoor Area)

08.00 SBE 08.10 O/G 8.20 Full Away

Pagi Hari

(Feronoon watch)

08.00-12.00

10.00 A/P Nakoda kapal O/G tiba di pelabuhan Bira

11.05 A/P Nakoda kapal O/G tolak di pelabuhan Bira

Keadaan Cuaca

Baik

10.05 SBE 10.10 O/G 10.15 Full Away

11.00 SBE 11.10 O/G 11.15 Full Away

Siang hari

(Afternoon Watch)

12.00-16.00

13.05 A/P Nakoda kapal O/G tiba di pelabuhan Pamatata

14.30 A/P Nakoda kapal O/G tolak dr pelabuhan pamatata.

Keadaan SF

Mendung Smoth

13.15 SBE 13.20 O/G 13.25 Full Away

13.40 SBE 13.45 O/G 13.50 Full Away

15.30 SBE 15.35 O/G 15.40 Full Away

Petang Hari

(Dog watch)

16.00-20.00

16.15 A/P Nakoda kapal O/G tiba di pelabuhan Bira

16.40 A/P Nakoda kapal O/G tolak di pelabuhan Bira

Keadaan SF

Mendung Smoth

16.20 SBE 16.25 O/G 16.30 Full Away

18.30 SBE 18.35 O/G 18.40 Full Away

24.00 Baik n Aman

Malam Hari

(First Watch)

20.00-24.00

19.40 A/P Nakoda kapal O/G sandar di pelabuhan Pamatata

24.00 Kapal sandar kiri di pelabuhan pamatata

Keadaan SF

Mendung Smoth

24.00 Baik n Aman

4.3. Arus Muatan

Apabila diperhatikan prosentase muatan penumpang dan kendaraan yang naik pada kedua pelabuhan pada lima tahun terakhir, dapat memberikan gambaran arus penumpang dari pelabuhan Ketapang lebih kecil yakni 45% sedangkan penumpang dari pelabuhan Gilimanuk yaitu 55 %. Sedangkan untuk kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4, arus kendaraan cenderung berimbang pada kedua pelabuhan

Tabel 4.4. Arus muatan pelabuhan Bira - Pamatata

Tahun

Penumpang

Kendaraan Roda 2

Kendaraan Roda 4

Bira

Pamatata

Bira

Pamatata

Bira

Pamatata

2006

72.454

67.901

7.003

6.442

7.470

6.510

2007

73.388

73.266

7.547

7.990

8.125

7.105

2008

77.510

88.623

8.888

7.981

9.789

8.547

2009

87.648

90.823

9.509

13.685

9.874

12.095

2010

90.176

101.184

10.452

14.455

11.034

13.114

Jumlah

401.176

775.693

43.399

50.553

46.292

47.371

prbndngn




Sumber : PT ASDP Cabang Selayar

4.3.1. Arus Penumpang

Arus Penumpang selama lima tahun terakhir (2006-2010) pada pelabuhan Bira dan pelabuhan Pamatata dapat dilihat pada table 4.11. Penumpang dipelabuhan Bira mengalami peningkatan rata-rata 5,24 %, per tahun dan dipelabuhan Pamatata peningkatannya rata-rata 9,32%.

Tabel 4.5. Arus penumpang pelabuhan Bira - Pamatata

Tahun

Penumpang

Bira

Pertmbhan(%)

Pamatata

Pertmbhn(%)

2006

72.454

67.901

2007

73.388

1,27

73.266

7,32

2008

77.510

5,31

88.623

17,33

2009

87.648

11,56

90.823

2,42

2010

90.176

2,80

101.184

10,23

rata-rata

5,24


9,32

Sumber: PT. ASDP

4.3.2. Arus Kendaraan

Arus muatan kendaraan selama lima tahun terakhir (2006-2010) pada pelabuhan Bira dan pelabuhan Pamatata dapat dilihat pada table 4.12. Untuk kendaraan roda dua terjadi peningkatan. Pada pelabuhan Bira peningkatannya rata-rata 9,46% pertahun dan untuk pelabuhan Pamatata terjadi peningkatan rata-rata 16,56 % tiap tahunnya.

Tabel 4.6. Arus kendaraan roda 2 pelabuhan Bira - Pamatata

Tahun

Kendaraan Roda 2

Bira

Pertmbhan(%)

Pamatata

Pertmbhan(%)

2006

7.003


6.442

2007

7.547

7,20

7.990

19,37

2008

8.888

15,08

7.981

-0,11

2009

9.509

6,53

13.685

41,68

2010

10.452

9,02

14.455

5,32

rata-rata


9,46


16,56

Sumber: PT. ASDP

Dan untuk kendaraan roda 4, pada pelabuhan Bira terjadi peningkatan rata-rata 9,10 % pertahunnya sedangkan untuk pelabuhan Pamatata peningkatannya rata-rata 15,58 % pertahun. Untuk arus muat kendaraan roda 4 dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini

Tabel 4.7. Arus kendaraan roda 4 pelabuhan Bira - Pamatata

Tahun

Kendaraan Roda 4

Bira

Pertmbhan(%)

Pamatata

Pertmbhan(%)

2006

7.470

6.510

2007

8.125

8,06

7.105

8,37

2008

9.789

16,89

8.547

16,87

2009

9.874

0,86

12.095

29,33

2010

11.034

10,51

13.114

7,77

rata-rata

9,10

15,58

Sumber: PT. ASDP

4.4. Peramalan Muatan

Untuk mengantisipasi pertumbuhan arus muatan beberapa tahun yang akan datang, maka arus muatan di ralamalkan dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Jumlah Penduduk dan PDRB menjadi variabel bebasnya, dan untuk table perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1

Tabel 4.8. Model arus muatan

Tahun

Penumpang

(Unit)

Kendaraan Roda 2

(Unit)

Kendaraan Roda 4

(Unit)

Bira

Pamatata

Bira

Pamatata

Bira

Pamatata

2011

95.569

109.441

11.317

16.359

11.567

18.497

2012

102.110

117.904

12.111

19.071

12.041

19.554

2013

109.509

126.486

12.863

22.139

12.315

19.904

2014

117.880

135.191

13.565

25.610

12.359

19.443

2015

127.349

144.019

14.209

29.536

12.139

18.052

Jumlah

552.417

633.041

64.065

112715

60.421

95.450

Sumber: Hasil Analisis

4.5. Analisis Kebutuhan Kapasitas Kapal

Kebutuhan kapasitas kapal akibat adanya pertumbuhan arus muatan setiap tahunnya, dianalisis untuk mengoptimalkan kapasitas armada yang ada saat ini dan perubahan jumlah dan kapasitas kapal yang akan dioperasikan berdasarkan permintaan (demaind) arus penumpang dan arus muatan kendaraan pada kedua pelabuhan yang diseimbangkan dengan ketersediaan armada penyeberangan (supplay). Analisis selanjutnya meliputi:

4.5.1. Evaluasi Kapasitas Armada yang sedang beroperasi

Armada yang digunakan pada trayek Bira - Pamatata ini berkisar antara GRT 556– 884 dengan rata-rata 746 GT. Dan rata-rata jumlah penumpang yang dapat diangkut adalah 305 orang. Sedangkan jumlah kendaraan sebanyak 21 unit yang terdiri dari kendaraan Golongan I-VIII. Kapal beroperasi dengan kecepatan operasional antara 7-12 Knot dan frekuensi 4 trip per hari atau 1460 per tahun.

Dengan menggunakan frekuensi pelayanan per tahun (trip) maka diperoleh kapasitas kapal sebagai berikut:

1. Muatan Penumpang

Jika tetap menggunakan armada dengan kapasitas tersebut maka diperoleh kapasitas kapal sebagai berikut:

Tabel 4.9. Load factor angkutan penumpang

Tahun

Jumlah

Penumpang

F/Th

Kapapasitas

Tersedia

Sisa

Kps tersedia

LF

%


-2


-1

(2)*305 pnp= (3)

(3)-(1)

(1)/(3)*100


2011

109.441

1460

445300

335.859

24,58


2012

117.904

1460

445300

327.396

26,48


2013

126.486

1460

445300

318.814

28,40


2014

135.191

1460

445300

310.109

30,36


2015

144.019

1460

445300

301.281

32,34


Sumber: Hasil Analisis

Hasil di atas menunjukakan bahwa pada tahun 2011-2015 belum diperlukan penambahan jumlah armada, karena load factor penumpang masih terlalu kecil atau kapasitas angkut untuk muatan penumpang (supply) nilainya masih jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi muatan (demand)

2. Muatan Kendaraan

Kendaraan golongan I, II, dan III penempatannya dilakukan dengan mengisi space di antara kendaraan roda 4, sehingga evaluasi kapasitas muatan kendaraan difokuskan hanya pada golongan kendaraan roda 4 atau lebih saja.

Tabel 4.10

Tahun

Jumlah

Roda 4

F/Th

Kapapasitas

Tersedia

Sisa

Kps tersedia

LF

%


-2


-1

(2)*21 pnp= (3)

(3)-(1)

(1)/(3)*100


2011

18.497

1460

30660

12.163

60,33


2012

19.554

1460

30660

11.106

63,78


2013

19.904

1460

30660

10.756

64,92


2014

19.443

1460

30660

11.217

63,41


2015

18.052

1460

30660

12.608

58,88


Hasil perhitungan load factor pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa untuk geladak kendaraan, mulai tahun load factor sbelum melampaui 100 %, dan yang tertinggi hanya mencapai 64,92 % dan tidak diperlukan penambahan armada.

4.5.2 Analisa Kapasitas Armada Pada 2015

Frekuensi penyeberangan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya lama waktu pelayaran, lama waktu bongkar-muat, waktu operasional, kapasitas angkut kapal dan potensi angkutan. Waktu operasional meliputi jumlah hari operasional pertahun dan jumlah jam waktu operasional perhari.

Jumlah kebutuhan frekuensi penyeberangan dibatasi oleh kapasitas pelayanan di pelabuhan. Dalam hal ini jumlah maksimum trip keberangkatan yang dapat dilayani oleh dermaga. Pelabuhan Bira dan pelabuhan Pamatata memiliki kapasitas yang sama saat ini 32 trip/hari.

Kapasitas maksimum yang dapat dicapai tiap pelabuhan adalah;

Waktu tersedia = 24 jam x 1 unit dermaga = 24 jam

Waktu kapal bongkar muat = 45 menit

Estimasi waktu kapal maneuver = 15 menit

Waktu total kapal di dermaga = 45 menit

Sehingga diperoleh;

Kapasitas maksimum trip dilayani = = 32 trip /hari

Kapasitas maksimum trip dilayani = 32 trip/hari x 365 hari = 11680 trip /tahun.

Sedangkan kapasitas trip per tahun sekarang

= Kapal yang beroperasi x trip x hari (tahun)

= 1x 4 x 365

= 1460 trip / tahun

Kapasitas maksimum trip kapal dapat dihitung sebagai berikut:

Waktu tersedia per tahun = 365 hari – 25 hari (waktu docking)

= 340 hari = 8160 jam

Waktu kapal muat = 20 menit

Waktu kapal bongkar = 10 menit

Waktu olah gerak kapal = 15 menit

Waktu kapal berlayar = 120 menit

Waktu round trip kapal = 330 menit

Sehingga diperoleh;

Kapasitas maksimum trip/kapal =

= 1483 trip/tahun/kapal = 4451 trip/tahun

= 4 trip/hari/kapal = 13 trip/ hari

Kebutuhan Frekuensi

Kebutuhan frekuensi dihitung berdasarkan potensi muatan kendaraan roda 4≥ karena dari hasil perhitungan pada tabel 4.9 dan 4.10, load factor kendaraan roda 4≥ jauh lebih tinggi dibandingkan dengan load factor penumpang. Selanjutnya, jumlah kebutuhan frekuensi untuk mengangkut potensi muatan hingga tahun 2015 dihitung berdasarkan kondisi kapasitas saat ini, yakni 1 unit kapal yang beroperasi setiap hari, memuat rata-rata 21 unit kendaraan per kapal, sehingga kapasitas muat kapal unit kendaraan. Adapun kebutuhan frekuensi untuk mengangkut potensi muatan hingga tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11

Tahun

Potensi Muatan

Kend roda 4 ≥

Kapasitas angkut

-2

Frekuensi per tahun

(1)/(2)= (3)

Frekuensi/hari

(1)/(3)=(4)

Frekunsi

/kapal/hari

(4)/3 kapal




-1

2

3

4

5

2011

18.497

21

881

21

7

2012

19.554

21

931

21

7

2013

19.904

21

948

21

7

2014

19.443

21

926

21

7

2015

18.052

21

860

21

7

Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa sampai tahun 2015 pelayanan penambahan armada di kedua pelabuhan tidak diperlukan karena tip maksimum yang tersedia saat ini bisa mencapai 32 trip/hari .

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumarni Sambodiono, Ekonomi & Manajemen Teknik, Graha Ilmu, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, 2006.

2. Hakim Abdul, Kumuji Srikandi, Pengantar Statistika, Citra Media Surabaya, 1997.

3. Iswardono, Prof, DR, Sp, M.A. Sekelumit Analisa Regresi & Korelasi, Edisi Pertama 1981

4. Manurung Alder Haymans, S.E, Teknik Peramalan Bisnis & Ekonomi, Cetakan Pertama, 1990

5. Sudjana, Prof, DR, M.A, M,Sc. Metode Statistika, Transito Bandung, 1996

6. Salim Abbas, H.A, Drs, Manajemen Transportasi, Edisi 1, Cetakan 5, PT Raja Grafindo Persada, 2000

7. Nasution M. Nur, Drs, M.S, Tr, Manajemen Transportasi, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, 2004

8. Nasution, H. M. N. 1996. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia. Jakarta

9. Salim, Abbas. 1993. Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan. Pustaka Jaya.

Jakarta.

10. JICA. 1993. Study Transportasi di Kawasan Timur Indonesia dan Standarisasi

Ferry Ro-ro. UNHAS. Makassar

11. Jinca, M. Y. 2003. Perencanaan Transportasi, Teknik dan Perencanaan

Tranportasi Laut. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar

12. Makridakis. 1996. Metode aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta

13. Asmiati, 2008. Analisa Kapasitas Armada Angkutan Penyeberangan Trayek

Bira-Sikeli. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makassar

Tahun

Penumpang

(Unit)

Kendaraan Roda 2

(Unit)

Kendaraan Roda 4

(Unit)

Bira

Pamatata

Bira

Pamatata

Bira

Pamatata

2011

95.569

109441

11.317

16359

11.567

18497

2012

102.110

117904

12.111

19071

12.041

19554

2013

109.509

126486

12.863

22139

12.315

19904

2014

117.880

135191

13.565

25610

12.359

19443

2015

127.349

144019

14.209

29536

12.139

18052

Jumlah





Sumber: Hasil Analisis